Minggu, 31 Desember 2017

Surga itu dengan MEMBUNUH MEREKA !

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Daud No 2945, Hadits ini shahih dari Sahabat Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu'alahi wasallam bersabda ;

لَا يَجْتَمِعُ فِي النَّارِ كَافِرٌ وَقَاتِلُهُ أَبَدًا

"Tidaklah berkumpul dalam neraka orang yang kafir dan orang yang membunuhnya untuk selamanya."

Dan dalam sebuah Pidato Jubir Daulah Islamiyyah, Syaikh Muhammad Al Adnani -hafidzahullah- yang mana Beliau memuji atas apa yang dilakukan oleh kedua pemuda haramain yang membunuh saudaranya dikarena dia adalah seorang thogut, lalu setelah memuji keduanya, Beliau mengatakan : "...Bangkitlah, jika kalian kekurangan senjata maka kalian tidak akan kekurangan tali dan pisau. Dan terhadap militer-militer thoghut, seranglah mereka entah kalian berkuasa atau mati. Menginginkan kemuliaan adalah teman bagi kematian, dan jiwa ini menginginkan cita-cita yang tinggi. Jika kehidupan ini tidak menjadi mulia, lalu apa lagi yang diharapkan dari kehidupan yang panjang. Ketahuilah bahwa takut pada kematian adalah pahit sebagaimana rasa dari kematian itu, dan takutnya pemuda merupakan pedang yang menebas baginya. Sungguh jika engkau merasakan kehidupan dalam kematian (menginginkannya), kalian akan merasakan manisnya kematian ketika kalian merasakannya. Maka bergeraklah wahai pemuda Islam di mana saja berada, bergeraklah untuk berjihad melawan Rusia dan Amerika. Sungguh ini adalah peperangan Salib terhadap kaum muslimin, perang musyrikin dan atheis terhadap orang-orang mu’minin..."

Wahai saudaraku inilah waktunya, dimana stiap negara telah memulai amalnya, mempersembahkan para kesatria dan singa-singa Tauhid. Dan begitu juga tidak ketinggalan Indonesia bagian Timur telah menyatakan bai'atnya kepada Amirul Mukminin Syaikh Ibrahim Ibnu Awwad. Dan apakah kita hanya sebagai penonton yang hanya bisa berkoar tanpa ada ikut andil dalam pertempuran antara Pasukan Al Haq dan Bathil, antara Pengusung Panji Laa illaha Ilallah dan Panji Dajjal?

Ingatlah wahai saudaraku begitu banyak orang bisa tersemangati hanya dengan membaca epik kepahlawanan seorang tokoh bersejarah. Dimana fenomena ini masih terjadi hingga sekarang. Perburuan manuskrip dari para tokoh legendaris pun kerap dilakukan dengan sungguh-sungguh guna mengetahui pemikiran, latar belakang, serta rahasia apa di balik kesuksesan itu.

Perbincangan dan kajian mengenai sejarah memang acap digandrungi oleh banyak orang. Sementara kebanyakan orang banyak yang hanya sekedar menjadi saksi kepahlawanan mereka. Cukup terpuaskan dengan amalan orang lain yg mampu mendecaki dada dan sanggup menggetarkan adrenalin itu.

Sementara hanya sedikit sekali yang berani menerjang resiko guna memasuki lingkaran kemuliaan tersebut. Padahal siapapun kita, pasti akan menjadi sejarah pula.

Akankah kita selamanya hanya akan jadi penonton dalam mata rantai sejarah yang saat ini sebenarnya tengah kita bentuk sendiri ini? Apa yang kita lakukan kini akan menjadi sejarah di kemudian hari. Maka, tinggalkan buat generasi nanti tauladan yang baik. Bukan untuk kebanggaan, tapi ibroh dan penyemangat.

Terakhir saya kutipkan apa yang dikatakan oleh Abu Dujanah al-Khurosaniy : ''Sesungguhnya kehidupan kita adalah sebuah kisah, dan kita para ksatrianya. Kita tulis bab-babnya dengan amal perbuatan kita. Maka berusahalah untuk menjadikan kisah-kisah kalian tercatat dalam kisah perjalanan orang-orang sholeh. Dan berusahalah untuk menjadikan akhir kehidupan kalian syahid di jalan Allah. Demi Allah, tidaklah pantas bagi para ksatria kecuali mati terbunuh. Dan tidak ada yang menghapuskan dosa-dosa kita sebagaimana halnya kesyahidan di jalan Allah.''

Kemuliaan itu bagi yg memulai (merintis dan menginspirasi) suatu amal dn perbuatan, meski pengikut/generasi setelahnya lebih baik dn lebih profesional dlm beramal.

Bandung, 6 November 2016
Al Faqir ilaaLLoh Sigit Indrajid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar