Jumat, 29 Juni 2018

BELAJAR DARI IMAM SYU'BAH IBNU HAJJAJ KETIKA MENDENGAR SEBUAH KHABAR

Oleh : Utsman Abdurrahman

Kisah ini disebutkan Al Baihaqiy dalam Al Qira’ah Khalfal Imaam, bahwa Al Imam Syu’bah bin Al Hajjaj rahimahullah dikenal sebagai seorang yang tegas dan sangat keras dalam menyikapi para perawi hadits yang menyimpang atau lemah.

Beliau melakukan perjalanan melintasi berbagai negeri untuk memastikan keadaan perawi hadits. Meski itu hanya untuk memastikan keshahihan satu hadits saja, beliau menempuh perjalanan panjang tersebut. Beliau meneliti suatu hadits dan mendatangi satu persatu perawi yang disebutkan dalam sanad hadits itu.

Beliau mengunjungi Abdullah bin Atha’ di Makkah. Di sana, Abdullah bin Atha’ menyatakan bahwa ia mendengar hadits itu dari Sa’ad bin Ibrahim.

Beliaupun beranjak pergi menuju tempat Sa’ad bin Ibrahim yang berada di Madinah. Ternyata, sampai di Madinah, Sa’ad bin Ibrahim menjelaskan bahwa hadits itu ia dengar dari perawi yang tempat tinggalnya ada di dekat kediaman Syu’bah, di Bashrah (Iraq), yaitu Ziyaad bin Mikhraaq. Syu’bah pun kembali pulang ke Bashrah.

Ketika menemui Ziyaad bin Mikhraaq, dikatakan kepada beliau bahwa hadits itu didengar dari Syahr bin Hawsyab, seorang perawi hadits yang memiliki unsur kelemahan.

Itulah sebuah keteguhan seorang Imam dalam memastikan sebuah khabar apakah hadits tersebut Shahih? Dhaif? Atau bahkan Maudhu, rela melakukan perjalanan yang cukup melelahkan di masanya. Beliau mulai dari Kotanya Bashrah menuju Makkah, namun sesampainya di Makkah rawinya menujukkan ke kota Madinah, setelah ia sampai Madinah ditujukkan kembali ke kotanya yakni Bashrah. Dan setelah ia melakukan perjalanan yang cukup jauh justru ia mendapatkan hadits tersebut adalah hadits dhaif.

Mungkin bagi sebagian orang tidak penting dalam menentukan sebuah khabar, tapi bagi pencari kebenaran dalam menentukan sebuah khabar adalah hal yang penting. Khabar yang shahih atau benar akan menjauhi kita dari Prasangka, sedangkan Prasangka merupakan sebuah Perkataan Yang Paling Dusta. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam sebuah hadits lain Nabi shallallahu'alaihi wa sallam juga bersabda :

”Cukuplah seseorang dikatakan berdusta, jika ia menceritakan setiap yang dia dengar.” (HR. Muslim).

Imam Malik rahimahullah mengatakan ;

”Ketahuilah, sesungguhnya seseorang tidak akan selamat jika dia menceritakan setiap yang didengarnya, dan dia tidak layak menjadi seorang imam (yang menjadi panutan, pen), sedangkan dia selalu menceritakan setiap yang didengarnya. (Dinukil dari Muntahal Amani bi Fawa’id Mushtholahil Hadits lil Muhaddits)

Maka ambillah pelajaran dari kisah Syu'bah Ibnu Hajjaj rahimahullah diatas sebagai pelajaran berharga bagi kita dalam mengambil sebuah khabar. Dan layaklah bahwa Syu'bah Ibnu Hajjaj diakui seorang Imam dalam bidang hadits. Dan dijuluki Imamnya Para Imam. Semoga bermanfaat !

Wallahu a'lam bish-shawwab

Sabtu, 10 Maret 2018

JIKA ANTUM TAK MAMPU MEMBEBASKAN TAWANAN, MAKA BUNUHLAH ATAU BERILAH IRHAB KEPADA ANSHOR THOGUT

Segala puji bagi Allah, dan semoga shalawat serta salam tercurah kepada Nabi serta Rasul-Nya Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam beserta Para Pengikutnya yang setia hingga yaumil akhir. 'Amma ba'du

Ayyuhal Ikhwah, diantara perintah Allah ta'alaa dalam Al Qur'an adalah Memerangi serta Memberikan ketakutan kepada Orang-orang kafir sebagaimana firman-Nya :

أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً...

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kalian itu, dan hendaklah mereka merasakan kekerasan dari kalian..." ( QS at-Taubah : 123 )

Dan firman-Nya :

تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ

Artinya : “Kamu meng-irhab (teror) musuh Allah dan musuh kalian”. ( QS. Al-Anfal : 60 )

Kedua ayat diatas merupakan pijakan di mana perintah Perang serta Irhab kepada Orang-orang kafir harus ditegakkan agar mereka mendapatkan sikap Ghilzho dari Orang-orang Beriman. Dan perintah Perang serta Irhab pun akan mendatangkan kehancuran serta kehinaan kepada orang-orang kafir serta kelegaan/obat ketenangan hati bagi orang-orang beriman, Sebagaimana Allah ta'alaa berfirman :

قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ.

Artinya : “Perangilah mereka (orang-orang kafir), niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.” ( QS. At-Taubah : 14 )

Maka perhatikankanlah saudaraku, seandainya kalian belum mampu menunaikan kewajiban MEMBEBASKAN TAWANAN, minimal kalian mampu untuk melakukan Pembunuhan ataupun Irhab kepada Para Autad Thogut Indonesia. Yang mana kalian telah ketahui, bahwa diantara Autad Thogut adalah Densus88 atau Kesatuan Mereka Para Sipir-sipir Penjara yang telah turut campur dalam memenjarakan Para Ikhwan-ikhwan kalian, bukan hanya ikhwan yang mereka jebloskan didalam Sel-sel mereka, tapi Para Muslimah dengan Bayi-bayi merekapun tak luput dari kezhaliman Para Autad Thogut Indonesia.

Maka apakah pantas, kalian berdiam diri sedangkan gadget kalian berisi tentang kejahatan Sipir-sipir penjara yang zholim atas saudara-saudara kalian yang kalian baca beritanya, kalian dengar ceritanya bahkan kalian lihat fotonya dan videonya?!! Apakah kalian juga tak merasa iba atas Ummahat bersama anak mereka yang terzholimi didalam Lapas-lapas Thogut?!! Bagaimana jika itu istri antum dan anak antuma yang diperlakukan seperti itu?!!

Maka dengarlah nasehat singkat ini, semoga Allah memberikan Taufiq-Nya atas Amalan Jihad ini kepada antum. Hai orang yang berpegang pada al-wala’ wal bara’… Apakah kalian akan membiarkan Para Densus88 dan Sipir-sipir Penjara  untuk berjalan dengan aman di muka bumi sedangkan mereka menzhalimi dengan tidak membedakan Ikhwan atau akhwat? Apakah kalian membiarkan orang kafir untuk tidur nyenyak di rumah mereka sementara para Ummahat Aseer dan anak-anak mereka menggigil ketakutan dari raungan sel-sel penjara thawaghit siang dan malam hari? Bagaimana kalian bisa menikmati hidup dan tidur sementara kalian tidak membantu saudara-saudara kalian dan tidak melemparkan ketakutan ke dalam hati para penyembah pancasila, dan tidak membalas kezhaliman mereka?

Maka wahai muwahhid di manapun kalian berada… Hambatlah mereka yang ingin membahayakan saudara-saudara kalian, semampu kalian. Usahakanlah hal terbaik yang kalian bisa dan bunuhlah orang kafir, apakah ia Densus88, Sipir-sipir Penjara, atau dari salah satu sekutu mereka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ خُذُواْ حِذْرَكُمْ فَانفِرُواْ ثُبَاتٍ أَوِ انفِرُواْ جَمِيعًا

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama.” ( Qs. An-Nisa’ : 71 )

Jika kamu tidak dapat menemukan IED atau peluru, kemudian kalian melihat Para Penyembah Pancasila maka pukullah kepalanya dengan batu, atau sembelihlah dia dengan pisau, atau tabraklah dengan mobilmu, atau lemparkanlah dia dari tempat yang tinggi, atau cekiklah, atau racunilah!

Tidaklah engkau kekurangan atau terhina. Jadikanlah sloganmu (mottomu): “Saya tidak akan selamat jika penyembah pancasila dan Anshar thaghut selamat.”

Jika kamu tidak mampu melakukannya, maka bakarlah rumahnya atau mobilnya atau bisnisnya. Atau rusaklah tanamannya! Jika kamu tidak mampu melakukannya, maka ludahilah wajahnya!

Jika dirimu menolak untuk melakukannya, sementara saudara-saudaramu selalu kau dengar kezhaliman dari Anshor Thogut atas Para Ikhwan-ikhwan Aseer dan Ummahat Aseer, dan sementara darah dan harta Ikhwan-ikhwan di mana-mana dihalalkan mereka, maka kembalilah ke agamamu.

Maka kamu berada dalam kondisi yang sangat berbahaya karena dien ini tidak tegak kecuali dengan al-wala’ wal bara’…!!!

Bumi Allah, Maret 2018
Al Faqir Utsman Abdurrahman

Senin, 05 Maret 2018

Mentahdzir Umat Dari Manhaj Dakwah Taqiyah

Oleh : Al-Akh Muhammad At-tasiky

Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah menjadikan tauhid sebagai inti islam dan fitrah yang dibenamkan kedalam jiwa setiap hamba. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi panutan yang telah bersabar dalam menanggung ujian diatas dakwah rabbaniyah demi mengeluarkan manusia dari penyembahan kepada sesama manusia menuju penyembahan pencipta manusia. A'mma ba'du.

Barangsiapa yang merenungi ayat-ayat Ilahi dan sejarah para Rasul tentu akan memahami bahwa dakwah utama dan pertama yang disampaikan para Rasul ini kepada umatnya adalah "laa ilaaha illallah".

Allah ta'ala berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ.

"Dan tidaklah kami utus sebelum kamu (Muhammad) kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah (yang hak) melainkan aku maka beribadahlah kalian semua kepadaku" ( Qs. Al-Anbiya : 25 )

Juga firman Allah ta'ala :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

"Dan telah kami utus bagi tiap-tiap umat seorang Rasul dengan seruan berbidahlah kalian semua kepada Allah dan jauhilah thagut" ( Qs. An-Nahl : 36 )

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Allah telah mengutus seluruh rasul dan menurunkan berbagai kitab untuk memerintah supaya bertauhid yaitu beribadah pada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya ( Majmu' Fatawa )

Sejarah Rasulullah Muhammad -shalallahu a'laihi wasallam- menunjukan ibrah yang sama tentang manhaj dakwah tauhid yang rabbaniy yang menjadikan dakwah "laa ilaaha illallah" sebagai fokus utama dakwahnya, terlebih tiga belas tahun pertama dari masa risalahnya di makkah adalah masa-masa umat di jelaskan secara gamblang hakikat tauhid sebelum beralih kepada pembahasan hal-hal lain dari syariat dienul islam ini.

Maka tidak ada manhaj lain yang patut untuk ditempuh dalam menjalani hari-hari dakwah islam pada saat ini kecuali menjadikan dakwah tauhid ini sebagai prioritas dan slogan utama dalam dakwah kepada seluruh lapisan umat sebagai bentuk ittiba' kepada sunnah nabawi dalam berdakwah.

Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata,

لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ  إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” ( HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19 )

Risalah singkat ini saya tulis sebagai bentuk kepedulian terhadap umat, keprihatinan terhadap dakwah, dan nasihat kepada saudara-saudari saya para dai' dan dai'yah yang telah mengorbankan jiwa dan hartanya demi menyalakan mercusuar hidayah ditengah gelapnya kabut fitnah

عن أبي رقية تميم بن أوس الداري رضي الله عنه, أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قلنا: لمن؟ قال: لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم. رواه مسلم

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daary radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama itu nasehat" . Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Untuk Allah, RasulNya, kitabNya, para pemimpin kaum muslimin, dan keumuman mereka (umat islam). ( HR. Muslim )

Apa keprihatinan yang mendorong penulis untuk menulis risalah ini? Yakni muncul dan merebaknya manhaj dakwah taqiyah dikalangan ikhwah yang dibawa oleh beberapa asatidz atau ustadzaat. Apa itu manhaj dakwah taqiyah? Yakni manhaj menyembunyikan dakwah tauhid dihadapan manusia. Agar tidak berbelit-belit saya bawakan beberapa contoh dari kejadian terjangkitnya jamaah-jamaah dakwah kita dengan virus ini

Contoh 1 :
Ada seorang ikhwah naik keatas mimbar khutbah jum'at kemudian menjelaskan tentang syirik demokrasi dan hukum kafir bagi siapa yang berpartisipasi dalam demokrasi ini dihadapan para jama'ah jumat yang terdiri dari masyarakat umum kaum muslimin. Kemudian setelah khutbah ikhwah ini dipanggil oleh masu'l jamaah dan diperingati agar tidak menyampaikan materi seperti ini dihadapan masyarakat umum dengan alasan siasat dakwah.

Contoh 2 :
Ada seorang ustadz yang dimusuhi oleh ormas-ormas "islam" yang lain karena ketegasanya dalam menyampaikan batas-batas tauhid dan syirik, sunnah dan bida'h, sementara di lain sisi ada ustadz yang diterima semua kelompok (bahkan kelompok islamiyyin demokratiyyin) namun dihadapan umum dia tidak pernah membahas masalah syirik dan bida'h secara gamblang dan hanya membahas materi-materi yang diterima "semua pihak". Maka para ustadz dan ikhwah yang lain mengatakan ustadz yang pertama tidak faham staregi dakwah sedangkan yang kedua adalah yang faham strategi maslahat dakwah.

Contoh 3 :
Sebuah jama'ah dakwah mempunyai dua jadwal ta'lim, yang satu untuk ikhwah secara khusus yang kedua untuk umum, maka ketika jadwal untuk ikhwah materi ta'limnya adalah tentang tauhid sementara jika untuk umum materinya adalah ibadah-ibadah harian seperti shalat, wudhu, shaum, dan lain semisalnya.

Dan masih banyak contoh dari berbagai wilayah mulai dari aceh sampai pulau seram yang jika dibeberkan semuanya akan memenuhi ribuan lembar kertas hvs.

Ikhwati fillah rahimakumullah...

Apa natijah dari contoh-cintoh diatas?
Dari contoh yang pertama kita bisa mengambil sebuah ibrah bahwa sebuah jamaah yang sudah terjangkit manhaj taqiyah ini akan mencela siapa saja diantara mereka yang berusaha untuk idzharudien dengan menjelaskan kekufuran dan kemusyrikan ditengah-tengah umat, yang tidak ada lagi jalan untuk idzharudin kecuali dengan jalan ini.

Berkata syaikh Hamd ibnu A'tiq :

و كلّ طائفة من طوائف الكفر فلابدّ ان يشتهر عندها نوع منه، ولا يكون المسلم مظهيراً لدينه حتى يخالف بما اشتهر عندها ويصرح لها بعداوته والبرائة منه

"Dan setiap kelompok dari kelompok-kelompok kekufuran ini pasti memiliki suatu kekufuran yang mereka masyhur dengan hal tersebut, dan tidaklah seorang muslim disebut telah mengidzharkan diennya sampai dia menyelisihi kekufuran yang masyhur dari setiap kelompok ini, dan terang-terangan menyatakan permusuhan dengannya, dan keberlepasan diri dari hal tersebut. ( Risalah Idzharudien )

Sebagaimana telah mafhum bahwa idzharudien adalah wajibatudien yang seorang tidak diudzur untuk meninggalkannya ketika dia mampu dan memiliki kesempatan untuknya sementara yang tidak mampu diudzur karena ketidak mampuannya. Dan telah mafhum juga dalam kaidah tentang kewajiban dan rukshah, bahwa orang yang mengambil rukshah tidak boleh menghalangi-menghalangi orang yang tidak mengambil rukhsah untuk melaksanakan kewajibannya, sementara dalam contoh tadi Masu'l Jama'ah yang kita asumsikan sebagai seorang yang lemah dan tidak mampu idzharudien malah menghalangi-menghalagi orang yang mampu untuk idzharudien, tentu ini merupakan sebuah hal yang aneh dan bodoh, disamping apa udzur bagi sebuah jamaah dakwah untuk mengdzahirkan dakwah tauhidnya hari ini? Apakah sudah ada dinegeri ini yang ditangkap oleh thagut gara-gara hanya berdakwah? Saya fikir tidak ada, dan seandainya ada itupun bukan udzur karena pemenjaraan, penyiksaan, pengusiran, pembunuhan adalah resiko dakwah ini.

Maka barang siapa yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidzharkan dien ini maka kita persilahkan untuk turun dari mimbar dan biarkanlah yang mampu untuk melakukannya.

Sementara dari contoh yang kedua kita bisa mengambil poin bahwa mindset orang-orang yang terjangkit virus manhaj taqiyah ini akan menjadikan maslahat dakwah yang mereka klaim sebagai segala-segalanya  dan menjadikan penerimaan manusia terhadap seorang figur dai' sebagai standar kesuksesan dakwah. Padahal tidak demikian adanya karena kemaslahatan dakwah terbesar adalah terjaganya manhaj dakwah ini dari segala penyimpangan walaupun para pemgembannya yang dijadikan taruhan

Berkata ustadz Sayyid Qutb dalam "Fi dzilalil Quran",

"Tidak ada jalan lain, kalimat 'mashlahat dakwah' harus dibuang jauh-jauh dari kamus para aktifis dakwah, karena ia telah memalingkan mereka dari tujuan dakwah yang mulia dan menjadi pintu masuk syaitan untuk menyesatkan mereka setelah gagal menjerumuskan mereka melalui pintu mashlahat pribadi."

Lebih lanjut Sayyid Quthb menambahkan :

"'Mashlahat dakwah' telah menjelma menjadi berhala, Ilaah yang diibadahi oleh para aktifis dakwah dan menjadikan mereka melupakan manhaj dakwah Rasul yang murni dan orisinal.Karena itu, wajib bagi setiap aktifis dakwah untuk tetap istiqomah di atas manhaj Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam serta dengan sekuat tenaga menjaga agar tidak tergoda oleh segala bujuk rayu yang pada akhirnya justru akan menghancurkan bangunan dakwah yang telah mereka bina.

"Ketahuilah bahwa satu-satunya bahaya yang harus terus diwaspadai oleh para aktifis dakwah adalah penyimpangan dari manhaj dakwah Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam dengan alasan apapun, sekecil apapun penyimpangan itu." -selesai perkataan beliau -

Apa manhaj Rasul yang harus dijaga? Yakni tegasnya dalam menyampaikan kebenaran dihadapan segala macam kebatilan dan tidak membiarkan kebatilan berlalu dihadapannya kecuali ia mengingkari nya. Ini merupakan manhaj qurani yang senantiasa menjelaskan jalan-jalan kebatilan kepada manusia.

Allah ta'ala berfirman,

وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ

"Dan demikianlah kami jelaskan ayat-ayat ini dan agar jelas pula jalan para pendosa" ( Qs. Al-An'am : 55 )

Menjelaskan jalan-jalan kebatilan adalah sebuah kewajiban bagi seorang dai' agar jelas dihadapan manusia yang benar dan yang salah, walaupun resikonya tentu akan dimusuhi oleh para pengusung kebatilan, misal, jika antum menjelaskan syirik demokrasi maka antum pasti akan dimusuhui oleh orang PKS, jika antum ingkari syirik kubur dan ritual-ritual bida'h yang merebak di masyarakat maka antum akan dimusuhi oleh orang NU, jika antum meng hati-hati kan manusia dari faham Irja' maka antum akan dibenci oleh orang-orang salfy mazu'm, ini merupakan sunnatullah dan bukan merupakan sebuah aib dan masalah.

Sedangkan kebalikannya adalah mencari muka dan keridhaan manusia dengan membuat Allah murka. Dengan alasan agar diterima umat maka kemusyrikan dan bida'h yang terjadi "ditunda" dulu pengingkarannya untuk mencari simpati mereka, maka tanyakanlah manhaj siapa ini? Manhaj Rasulullah? Tentu jawabannya bukan!

Disebutkan dalam sebuah hadits,

عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رضى الله عنها أَنِ اكْتُبِى إِلَىَّ كِتَابًا تُوصِينِى فِيهِ وَلاَ تُكْثِرِى عَلَىَّ. فَكَتَبَتْ عَائِشَةُ رضى الله عنها إِلَى مُعَاوِيَةَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ

"Dari seseorang penduduk Madinah, ia berkata bahwa Mu’awiyah pernah menuliskan surat pada ‘Aisyah -Ummul Mukminin- radhiyallahu ‘anha, di mana ia berkata, “Tuliskanlah padaku suatu nasehat untuk dan jangan engkau perbanyak.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pun menuliskan pada Mu’awiyah, “Salamun ‘alaikum (keselamatan semoga tercurahkan untukmu). Amma ba’du. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridho manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” ( HR. Tirmidzi no. 2414 dan Ibnu Hibban no. 276 )

Maka berhati-hati lah dengan menilai kesuksesan dakwah dari banyaknya pengikut, karena diantara para nabi ada yang ia berdakwah ratusan tahun hanya mendapatkan segelintir kecil manusia yang mengikutinya namun itu bukan sebuah cela, bahkan ada nabi yang dikejar-kejar dan dibunuh oleh kaumnya sendiri tanpa seorang pun yang menolongnya dan itu bukan sebuah cela, karena mereka (para nabi) ini adalah manusia yang selalu komitmen dengan dakwah tauhid berlandaskan manhaj rabbaniy dan bukan para pencari muka.

Kemudian pada contoh yang ketiga kita mendapati virus manhaj taqiyah ini mengajak para inangnya untuk menyembunyikan ilmu dan bayan dari manusia, padahal kita telah sama sama bersepakat dengan sebuah kaidah, 

لا يجوز تأخير البيان عند الحاجّة

"Tidak boleh mengakhirkan penjelasan ketika saat dibutuhkan"

Sedangkan jika sistem "amniyah dakwah" yang konyol seperti itu masih dipakai maka yang ada adalah kedzaliman terhadap umumnya umat kaum muslimin yang sangat membutuhkan penjelasan tauhid yang benar melebihi hal apapun dan bentuk piciknya pemikiran para "manager dakwah" ini demi meraup masa dengan cara cara yang batil. Kenapa hal ini disebut kedzaliman? Silahkan simak penjelasan ini.

Berkata syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah :

فاعلم انّ العبادة لا تسمّي عبادة إلا مع التوحيد كما انّ الصلاة لا تسمّي صلاة إلا مع الطهارة

"Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ibadah itu tidak disebut ibadah kecuali jika dibarengi dengan tauhid, sebagaimana shalat tidak disebut shalat kecuali dengan thaharah" ( Qowai'dul A'rba )

Dari qoul diatas kita bisa mengambil faidah bahwa sesuatu ibadah tanpa tauhid adalah sia-sia, lalu apa artinya mengajarkan umat tentang sifat shalat nabi, tentang adab-adab membaca quran, fiqh rumah tangga "terlebih dahulu" kemudian menunda penjelasan tauhid padahal itu sangat dibutuhkan? Saya tidak menafikan pentingnya ilmu-ilmu diatas dan kewajiban untuk mengetahuinya, namun yang saya bahas adalah prioritas penyampaian sesuai kebutuhan, apalah arti shalat yang sesuai dengan tuntunan nabi jika orang tersebut masih menjadi abdi thagut dan bergelimang kemusyrikan?

Saya analogikan jika seorang dokter menemukan pasien yang mengidap penyakit kanker kronis, sariawan, dan panu, mana yang akan lebih dahulu diberitahukan kepada pasien untuk kemudian diambil sebuah tindakan pengobatan, tentu kanker yang mengancam jiwanya yang akan didahulukan, lalu bagaimana jika malah panu nya dulu yang difokuskan untuk diobati? Tentu dokter ini kalau bukan dokter gila pasti dokter gadungan!

Maka bertakwalah kepada Allah dalam dakwah ini, ingatlah firman Allah tentang perjanjianNya dengan orang-orang yang diberi pemahaman tentang kitabNya,

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu) : "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," ( Qs. Ali Imran : 187 )

Imam Al-Qurtubi menukil dalam tafsirnya,

وقال محمد بن كعب : لا يحل لعالم أن يسكت على علمه ، ولا للجاهل أن يسكت على جهله

"Berkata Muhammad bin Kaab : Tidak halal bagi seorang a'lim untuk diam dengan ilmunya, dan tidak halal bagi seorang yang bodoh untuk diam dengan kebodohannya"

Bertakwalah kepada Allah dan janganlah menjadi orang-orang yang menyembunyikan bayyinah dari Allah yang harusnya dijelaskan kepada umat, dan tidak ada sesuatu yang lebih mendesak untuk dijelaskan kepada umat melebihi tauhid dan perinciannya. Ingatlah ancaman Allah bagi orang-orang yang menyembunyikan apa yang seharusnya dia jelaskan dari ilmu dan kitab Allah,

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” ( Qs. Al-Baqarah : 159-160 )

Berkata Al-Khatabi -rahimahullah- :
"Ini berlaku pada ilmu yang harus diajarkan kepada orang lain yang hukumnya fardlu ‘ain. Seperti halnya seorang yang melihat orang kafir yang ingin masuk Islam dan berkata : ‘Ajarkanlah aku, apa itu Islam ?’. Juga seperti orang yang baru saja masuk Islam yang tidak bagus shalatnya. Saat waktu shalat tiba, ia berkata : ‘Ajarkanlah aku, bagaimana aku melakukan shalat’. Juga seperti seseorang yang datang meminta fatwa dalam perkara halal dan haram. Ia berkata : ‘Berikanlah aku fatwa dan bimbinglah aku’. Barangsiapa yang menemui perkara-perkara seperti ini, hendaklah ia tidak menahan jawaban. Barangsiapa yang menahan jawaban, maka ia berdosa dan layak mendapatkan ancaman." ( Syarhusunnah Al-Baghawi )

Sebagian ulama mengatakan bahwa persoalan yang harus dijawab dan diterangkan oleh seorang alim itu bisa berbentuk pertanyaan secara langsung atau kejadian yang menuntut untuk dijelaskan tentang hakikat perkara tersebut, kemudian renungkanlah apakah ada pertanyaan yang lebih mendesak jawabannya daripada masalah-masalah tauhid ini? Ditambah dengan waqi' yang sama sama kita lihat bahwa kemusyrikan sudah menjadi hal yang lumrah ditengah masyarakat serta kebodohan yang merata ditengah umat tentang pokok dien islam ini, lalu apa alasan dihadapan Allah ketika seorang dai' menunda penjelasan tauhid kepada umat pada saat-saat genting seperti ini kemudian mengalihkan pembahasan pada hal-hal furu'?

Ikhwati fillah rahimakumullah...
Inilah sekelumit hal yang layak kita evaluasi bersama agar dakwah tauhid dinegeri ini menjadi dakwah yang berbarakah dan membuahkan hasil yang nyata sebagai landasan bagi kemenangan islam dan kaum muslimin, terlebih fajar islam hari ini semakin berkilau cahayanya dibawah kibaran panji Daulah Islamiyyah, daulah yang tegak diatas tauhid dan permusuhan yang nyata kepada thagut, maka ini adalah masa masa kita menegakan kepala, dan melantangkan gema tauhid keseluruh penjuru negeri, maka buanglah manhaj-manhaj taqiyah dan fiqih-fiqih kekalahan yang selama ini menjadi hal yang memundurkan perjalanan dakwah tauhid dan jihad ini. Jadikanlah tauhid sebagai seruan pertama dan utama dihadapan manusia. Staregi dakwah yang harus difikirkan adalah bagaimana menyampaikan tauhid ini dengan cara yang paling baik dan benar, bukan dengan menunda penjelasan tauhid dengan alasan mencari simpati manusia.

Ingatlah perkataan Syaikh Al-Adnani -rahimahullah- :

"Kami tidak akan pernah merayu-rayu manusia agar mau menerima dienullah dan menegakkan hukum dengan syariat Allah. Maka siapa yang ridha, maka inilah syariat Allah, dan siapa yang benci, murka dan enggan, maka kami tidak peduli dan inilah dienullah. Kami akan kafirkan orang-orang murtad dan bara’ dari mereka, kami musuhi orang-orang kafir dan musyrik dan membenci mereka" ( pidato dengan judul : liyahyaa man yahyaa a'n bayyinah )

Kewajiban seorang dai' tidak lebih dari menyampaikan risalah dakwah dengan jelas, adapun hasil dakwah berupa penerimaan atau penolakan itu bukan tanggunannya, sebagaimana kewajiban ini pula yang Allah bebankan kepada para RasulNya,

وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

"Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". ( Qs. An-Nur : 24 )

Terakhir saya tutup risalah ini dengan permintaan maaf jika ada kata yang kurang tepat atau kesalahan dalam penyampaian, kemudian mudah-mudahan evaluasi dan perbaikan yang kita lakukan menjadi wasilah untuk turunnya pertolongan Allah bagi dakwah tauhid dan jihad di negeri ini khususnya, serta menjadi pembuka bagi berkibarnya panji tauhid dan khilafah di negeri nusantara.

اللهمّ انّي قد بلغت اللهمّ فاشهد

13 Rabiu'l Akhir 1439 H.
Mu'taqol

Rabu, 14 Februari 2018

SANGKAR BESI TIDAK MERUBAH SINGA MENJADI DOMBA

Oleh : Abu Usamah JR

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)

Artinya : "Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (QS Al Ankabut :2-3).

Allah 'azza wa jalla memastikan akan adanya ujian bagi setiap orang yang mengaku beriman. Sehingga jalan iman, dakwah dan jihad adalah jalan yang didalamnya akan dijumpai ujian. Hikmah dari ujian tersebut adalah untuk mengetahui dan membedakan antara mereka yang jujur dan yang dusta di dalam keimanan. Sehingga nilai keimanan seorang hamba akan nampak setelah adanya ujian-ujian yang datang silih berganti.

Ujian yang menimpa orang beriman kebanyakan dengan orang beriman yang menempuh jalan dakwah dan jihad, bobot dan bentuknya berbeda. Sebab para da'i dan mujahid memiliki level iman yang lebih tinggi daripada orang mukmin kebanyakan. Sedangkan semakin tinggi iman seorang hamba maka akan semakin berat ujian yang diterima. Dan semakin berat ujian akan semakin besar pula pahala yang akan Allah berikan jika mereka bersabar.

Pada setiap masa para ulama dan mujahid diuji oleh Alloh dengan berbagai macam ujian. Ada diantara mereka yang bisa bersabar dan tetap istiqomah di atas jalan dakwah dan jihad hingga akhir perjalanan. Mereka inilah yang menjadi pemimpin dan panutan umat pada masanya serta menjadi teladan bagi umat sesudahnya. Tidak sedikit diantara mereka yang diuji kemudian terhempas dari jalan perjuangan dan menjadi pecundang. Mereka inilah yang ditulis oleh tinta sejarah dengan kalimat celaan, hinaan dan hujatan serta diceritakan keburukannya oleh generasi sesudahnya.

Derajat kemuliaan dan penghormatan dari umat didapatkan oleh para ulama yang jujur setelah mereka mampu bersabar menghadapi kerasnya ujian. Imam Ahmad bin Hambal bersabar menghadapi siksaan dan pemenjaraan berpuluh tahun oleh penguasa dzalim karena mempertahankan keyakinan ahlussunnah bahwa al qur'an adalah kalamullah dan bukan makhluk. Kegigihan beliau dalam mempertahankan prinsip harus dibayar dengan siksaan yang sadis dan pemenjaraan dalam waktu yang lama. Berkat kegigihan beliau mempertahankan prinsip, terjagalah aqidah ahlussunnah yang meyakini bahwa al qur'an adalah kalamullah dan bukan makhluk. Hingga umat pun memberi gelar kepada Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah sebagai imamnya ahlussunnah.

Ibnu Taimiyah Rahimahullah pun menghadapi ujian yang tidak kalah berat dengan Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah demi mempertahankan prinsipnya. Penyiksaan dan pemenjaraan juga dialami oleh Ibnu Taimiyah Rahimahullah. Namun beliau tetap bersabar dalam menghadapi ujian tersebut, bahkan dari balik penjara beliau menghasilkan karya-karya fenomenal yang menjadi rujukan bagi umat ini hingga sekarang. Dan kini umat memuliakan dan menghormati beliau dengan memberi gelar syaikhul islam.

Ujian berat juga senantiasa menyapa para mujahid yang berjuang di jalan Allah pada setiap zaman. Jalan jihad adalah jalan ibtila' , siapa yang menempuhnya berarti ia akan mengarungi gelombang dan badai ujian. Telah diuji oleh Allah para mujahid dari generasi pertama hingga generasi yang akan datang. Inilah sunatullah yang menjadikan jihad sebagian ujian bagi umat ini sebagaimana firman-Nya :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. ( QS Muhammad : 31 )

Jihad adalah ujian bagi orang-orang yang mengaku beriman, sehingga nampak yang jujur imannya dan mereka yang dusta. Sebelum, sedang dan sesudah jihad semuanya ada ujian di dalamnya. Bayangan kesusahan, kepayahan dan resiko dari jihad menjadi ujian tersendiri bagi orang yang hendak berjihad. Sedangkan kesulitan dan kepayahan dalam jihad juga menjadi ujian bagi para pelakunya. Sehingga ia dihadapkan pada pilihan antara melanjutkan jihad ataukah kembali kepada keluarganya.

Kesulitan dalam jihad dan resiko yang menimpa tidak jarang membuat orang-orang yang lemah memilih undur diri dari kancah jihad. Resiko penangkapan, penyiksaan dan pemenjaraan telah banyak merontokkan iman para mujahid. Ada yang kemudian memilih untuk pensiun dari jihad setelah berhadapan dengan resiko-resiko tersebut. Dan yang paling parah adalah yang memilih murtad  seraya bergabung dengan musuh dari kalangan thoghut.

Adapun para lelaki sejati yang berjiwa ksatria, tetap setia menempuh jalan jihad meskipun beratnya ujian dan resiko pernah mereka alami. Luka-luka akibat pertempuran tidak menjadikan meteka mengalami trauma dari jihad. Maka tatkala luka telah sembuh sang singa pun kembali mengaum di medan laga dengan lebih ganas, seakan ia melupakan luka-luka yang pernah dialami. Ia pun tetap setia dalam jihad sampai Allah Robbul 'izzati memanggilnya pulang untuk beristirahat di sisi-Nya.

Begitu pun para ksatria umat ini yang mengalami ujian pemenjaraan, ia kembali ke medan jihad tidak lama setelah menghirup udara bebas. Diantara mereka seperti Syaikh Abu Mush'ab Az Zarqawi Rahimahullah, Syaikh Abu Bakar Al Baghdady hafidzahullah dan yang lainnya. Bahkan diantara mereka berhasil  menorehkan prestasi gemilang yang hasilnya bisa dirasakan oleh umat ini. Itulah fakta bahwa, sangkar besi tidak merubah singa menjadi domba. Dimanapun singa ditempatkan ia akan tetap menjadi singa.

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya). (QS Al Ahzab:23).

Semoga Allah menjaga para muwahidin masjunin untuk istiqomah diatas millah tauhid dan jihad. Sehingga terali besi hanya akan membuat para singa semakin buas dan ganas menyerang musuh. Maka para singa tersebut akan kembali berlaga setelah keluar dari kandangnya, in syaa Allah.

Wallahu musta'an
30 Rabiutsani 1439H

Rabu, 07 Februari 2018

Hukum Mengobati Sipir Penjara

Pertanyaan : Bagaimana Hukum, mengobati/membekam Para Sipir Penjara Thogut?

Jawaban :

Dengan memuji Allah ta'ala, kami katakan : Sesungguhnya Para Sipir Penjara Thogut adalah Autad atau Pelaksana dari Hukum yang berlaku di Negeri ini, atau kepanjangan tangan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Padahal telah di sebutkan dalam sebuah atsar  :

وقد سئل الإمام أحمد رحمه الله سأله السجان عندما كان في السجن, قال: يا أبا عبد الله الحديث الذي روي عن الظلمة وأعوانهم صحيح؟ فأجاب الإمام أحمد: نعم" قال السجان: فأنا من أعوان الظلمة؟ قال الإمام أحمد: أعوان الظلمة من يأخذ شعرك ويغسل ثوبك ويصلح طعامك ويبيع ويشتري منك, فأما أنت فمن أنفسهم

“Sungguh Al Imam Ahmad rahimahullah ditanya oleh sipir penjara saat beliau berada di dalam penjara, dia berkata: “Wahai Abu Abdillah, apakah hadits yang diriwayatkan tentang orang-orang zalim dan para pembantunya itu shahih?”, Maka Al Imam Ahmad menjawab: “Ya”. Maka si sipir berkata: “Berarti saya termasuk para pembantu orang-orang zalim?” Maka Al Imam Ahmad berkata: “Para pembantu orang-orang zalim itu adalah orang yang mencukur rambutmu, mencucikan pakaianmu, menyediakan makananmu, serta yang menjual dan membeli darimu, adapun kamu maka termasuk orang-orang yang zalim itu.” ( Dituturkan oleh Ibnul Jauzi dalam Manaqib Al Imam Ahmad hal: 397, dari Majmu’ Fatawa Asy Syaikh Abi Humam, juz 2 hal: 16-17 )

Hadits yang dimaksud di atas adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إذا كان يوم القيامة نادى مناد اين الظلمة وأعوانهم من لاق لهم دواة أو ربط لهم كيساً أو مد لهم مدة قلم فاحشروهم معهم

“Bila di hari kiamat maka penyeru menyerukan : Mana orang-orang zalim dan para pembantu mereka, barangsiapa mencairkan tinta bagi mereka atau mengikatkan karung bagi mereka atau memberikan tinta pena bagi mereka, maka kumpulkanlah mereka itu bersama mereka”

Dan telah kita ketahui bersama, bahwa Imam Ahmad adalah seorang Imam yang hidup di masa Penguasa Muslim, akan tetapi Penguasa Muslim Yang Zhalim. Dan Imam Ahmad menyebutkan bahwa Sipir Penjara tersebut adalah Orang-orang Zalim. Maka apa gerangan dengan Sipir Penjara Thogut hari ini?!!

Sungguh Sufyan telah ditanya tentang orang zalim yang hampir binasa di padang pasir : "Apakah boleh dia diberi minum air?" Maka beliau menjawab: "Tidak boleh, biarkan dia mati, karena sesungguhnya hal itu adalah pemberian tolong baginya." Selesai ( Ihya Ulumuddin ) 

Begitulah Para Salaf menyikapi orang-orang zhalim. Maka adakah Akhlak yang baik lagi mulia, dari Pada Akhlak Rasulullah shalallahu'alahi wassalam dan Para Pengikutnya ( Kaum Salaf ) ?

Wallahu a’alam bish-shawab

WAJIB ATAS KALIAN MEMBEBASKAN TAWANAN KAUM MUSLIMIN...!!

Ibnu Khuwaizi Mindad mengatakan

Ayat ini :

ثُمَّ أَنتُمْ هَآؤُلآءِ تَقْتُلُونَ أَنفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِّنكُم مِّن دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِم بِاْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِن يَأْتُوكُمْ أُسَارَى تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَاجَزَآءُ مَن يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنكُمْ إِلاَّ خِزْيُُفيِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلىَ أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Artinya : “Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu-membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebagian dari Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”. ( QS. Al Baqoroh: 85 ). Mengandung wajibnya membebaskan tawanan. Dalam hal ini ada hadits-hadits Rasulullah shollallahu‘alaihi wasallam yang menyatakan beliau menebus para tawanan dan menyuruh membebaskan mereka. Itulah yang diamalkan oleh kaum muslimin dan telah tercapai ijma’ dalam hal ini.”

Wajib membebaskan tawanan dengan harta baitul mal, kalau tidak maka wajib bagi seluruh kaum muslimin. Siapa di antara mereka sudah melakukannya berarti telah menggugurkan kewajiban itu atas yang lain.”

Beliau juga mengatakan : Imam Malik rahimahullah menyatakan : Manusia wajib menebus tawanan-tawanan mereka sekalipun menghabiskan seluruh harta mereka. Ini juga sudah menjadi ijma’. [ Al Qurthubi 2/242 ]. 

Ayyuhal Ikhwah, perhatikanlah serta renungankanlah firman Allah diatas. Bukankah hari ini kau melihat betapa banyak tawanan kaum muslimin di negeri-negeri kuffar, bahkan di Negeri kalian sendiri. Hampir di seluruh penjara di Indonesia telah di huni oleh Ikhwan-ikhwan kita, Ustadz kita, Ulama kita bahkan Akhwat kita?!! lantas kalian hanya sibuk dengan istri, anak dan perniagaan kalian tanpa ada usaha untuk membebaskan mereka.

Dan bahkan kalian telah mendengar sakitnya Syaikhuna Abu Bakar Ba'asyir fakkallahu ashroh, ulama sepuh yang hidupnya beliau habiskan untuk mendakwahkan Syari'at Allah sampai-sampai beberapa periode para penguasa durjana telah menzholimi beliau. Lantas apa yang bisa kau perbuat?!!

Dan bahkan, kalian telah mendengar berita Syaikhuna Abu Sulaiman Aman Abdurrahman fakkallahu ashroh menjelang kebebasannya tetapi justru beliau di culik kembali yang sampai saat ini tak ada kabar tentang beliau. Dan kaupun tak bisa berbuat apa-apa untuk membebaskan kedua Ulama Rabbani Negeri ini.

Dan apakah kalianpun tidak mendengar berita Para Akhwat-akhwat kita yang saat ini menghuni rutan mako brimob?!! Dan kalianpun tak bisa berbuat apa-apa.

Dan masih banyak lagi ikhwan-ikhwan kita yang saat ini sedang menghuni Penjara-penjara Thogut bahkan diantara ikhwah kita mendapatkan perlakuan zholim oleh Petugas-petugas Lapas. Dan kalianpun belum bisa berbuat apa-apa untuk membebaskan mereka.

Dan kepada Para Tawanan Mujahidin di Penjara Rutan Mako Brimob, Lapas Cipinang, Lapas Salemba, Lapas-lapas Nusakambangan, Lapas Madiun, Lapas Pemekasan, Lapas Jelekong, Lapas Majalengka, Lapas Karawang, Lapas Kosambi, Lapas Polda Metro Jaya dan Lapas-lapas yang kami tidak sebutkan maafkanlah saudara kalian atas kelalaian dan ketidak sanggupan kami untuk membebasakan kalian, karena kami hanya bisa menunggu dan menunggu entah sampai kapan kezholiman terhadap kalian akan terus terjadi.

Semoga Allah selalu membimbing kita semua di atas hidayah dan ketaatan kepada-Nya.

Bumi Allah, 15 Agustus 2017
Al Faqir ilaaLLoh Utsman Abdurrahman

Merenung Sejenak

Allah Ta’ala berfirman :

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya : Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. ( Qs. Adz-dzariyat : 55 )

Berangkat dari sebuah ayat diatas penulis sedikit memberikan wejangan akan sebuah peringatan yang mana peringatan itu sangat bermanfaat bagi kita sebagai seorang yang mengaku muslim. Penulis disini tidak ingin memberikan banyak sebuah nasehat, akan tetapi penulis mengajak kepada para pembaca untuk sedikit flashback akan sebuah kezhaliman Thogut Negeri ini kepada Kaum Muslimin khususnya Para Ikhwan-ikhwan yang saat ini menjadi penghuni penjara-penjara thogut negeri ini.

Cukup memprihatinkan negeri yang mayoritasnya muslim akan tetapi jauh dari tuntutan syariat, sehingga seorang yang benar-benar mengamalkan Islam yang sesuai dengan ajaran Nabi akhir zaman di anggap radikal, teroris atau islam garis keras. Padahal apabila kita melihat serta meneliti ajaran Rasulullah Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam kita akan dapatkan sebuah pelajaran yang memang banyak diamalkan oleh mereka yang di cap teroris oleh negeri ini.  Sayang... teramat sayang, banyaknya orang yang mengaku muslim di negeri ini akan tetapi tidak paham letak dimana penghambaan kepada Sang Kholiq dengan sebaik-baiknya Pemahaman yang diyakini serta diamalkan oleh Para Sahabat Nabi shalallahu'alahi wassalam. Sehingga, orang-orang yang Ikhlas serta amanah dalam mengajarkan dan mengamalkan Risalah Dari Langit ini dihujat, dimusuhi, diusir, dikejar, dipenjara bahkan dibunuh oleh Para Penyembah Burung Garuda Pancasila tersebut.

Maka ambillah pelajaran, renungankanlah bagaimana Permusuhan Para Penyembah Garuda itu kepada Kaum Muslimin serta Para Pejuang Syari'at Negeri ini. Dimana tidaklah kezhaliman itu akan berakhir kecuali engkau angkat senjatamu lalu kau arahkan kepada Para Penyembah Thogut Pancasila. Dari dulu hingga sekarang kezholiman terhadap Kaum Muslimin tak akan pernah berakhir kecuali dengan tegaknya Laa Ilaha Ilallah diatas Bumi yang bernama Indonesia ini.

Ingatkah engkau...?! Tahun dimana Negara Islam Indonesia diploklamirkan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo atau yang biasa dikenal dikalangan Warga NII Imam SMK, beliau adalah seorang plokamir Negara Islam Indonesia yang mana sampai saat ini NII masih tetap eksis katanya, cuma Perjuangan Sudah tidak sesuai dengan Gagasan Pendahulu mereka, saat ini mereka lebih banyak bertaqiyah dengan alibi atur strategi, padahal jiwa perang mereka kebanyakan sudah redup oleh petinggi-petinggi mereka yang menggiring mereka kepada Ghazwul Fikr, padahal hari ini Jihad adalah Fardhu'ain. Akhirnya bawahan manut apa kata atasan, itulah sosok Warga NII zaman ini. Yang mana perbedaannnya sangat jauh dari Generasi Awal mereka.

Wahai NII tidaklah engkau marah dan menuntut balas akan Imam mu yang telah di eksekusi oleh Thogut Soekarno namun engkau masih diam tanpa ada perlawanan sampai saat ini?!! dimana klaimmu yang kau dengung-dengungkan untuk Merebut Kembali Negaramu, dari Jajahan Negara Pancasila?!! Duhai, tidak malukah dirimu, hidup dalam jajahan Negara Pancasila? bukanlah suatu kekalahan itu terletak dari terebutnya wilayah ketangan musuh, akan tetapi hakikat kekalahan adalah hilangnya semangat untuk bertempur, apakah kalian saat ini telah kehilangan semangat tempur?!! Sehingga sampai saat ini tak ada taringmu untuk merebut kembali wilayah yang telah di kuasai NKRI? Duhai malunya hidup dinegeri sendiri tapi masih terjajah. Itulah sosok NII bak macan ompong yang menunggu disembelih satu persatu oleh Kafirin yang akan menghanguskan Kaum Muslimin di Negerinya.

Berbicara kezhaliman di negeri ini terhadap kaum muslimin, penulis rasa ; tidak akan pernah habis untuk dibahas, mereka Para Penjajah Kuffar tidak akan pernah berhenti sampai Orang-orang itu mengikuti mereka sebagaimana mereka telah murtad. Mari sedikit kita mengulang sejarah kembali, kalian masih ingat tragedi Tanjung Priok? Dimana Para Anshor Thogut membrondong Kaum Muslimin yang diperkirakan data dari Sontak (SOlidaritas Untuk peristiwa Tanjung Priok) jumlah korban yang tewas pada saat itu mencapai 400 orang. Akan tetapi kebiadaban Thogut Negeri ini slalu ditutup oleh Penyihir lewat media-media Pendukung Kekafiran Negeri ini. Akhirnya Kaum Muslimin tertipu kembali oleh Wajah-wajah Iblis semacam Soeharto Laknatullah. Ya begitulah Negeri ini kepada Kaum Muslimin, tak ada ruang untuk Islam dam Umatnya, mereka semua penipu memberikan kelonggaran manakala islam tak diamalkan sesuai apa yang diajarkan Nabi-Nya.

Lalu ada lagi sebuah pembantaian Kaum Muslimin di Lampung, tepatnya di Desa Talang Sari. Ratusan nyawa kaum muslimin melayang dihabisin, diberondong oleh Aparat Thogut, namun telah hilang kezhaliman serta pembataian Kaum Muslimin dari benak Masyarakat Awam. Dan masih banyak lagi kisah-kisah memilukan hati Umat Islam atas kezhaliman Penguasa Negeri ini. Dan sampai saat inipun, masih terjadi Kezhaliman tersebut yang bermunculan di Penjara-penjara mereka, yang telah menzhalimi Para Ikhwan-ikhwan yang terlibat dalam kasus Terorisme. Padahal sejatinya perang melawan terorisme adalah Semboyan Panglima Salib Josh Bush dalam rangka mengkaburkan Perang Salib yang mereka tabuh. Perang melawan terorisme adalah perang dengan Islam dan Mujahidin, ya perang ini telah ditabuh pasukan salib perang melawan terorisme perang dengan mujahid, dan ternyata Pemerintah Indonesia pun turut andil ikut campur dalam Peperangan ini, alibi menjaga keamanan, menertibkan Negara akan tetapi sejatinya memerangi Islam dan Mujahidin. Berapa banyak janda-janda Syuhada, serta anak-anak yatim akibat korban kebiadaban Densus88 si pasukan Salib Indonesia. Ulah tangan-tangan mereka yang beralibikan menjaga ketertiban Negara, seorang Istri menjadi janda, seorang anak menjadi yatim karena suami dan ayah mereka dibunuh si Pasukan Salib. Hasbunalloh Wanikmal Wakil!! Tidak sampai disitu kezhaliman Pasukan Salib, disamping mereka membunuh, disamping itu juga mereka memenjarakan Ikhwan-ikhwan Mujahidin dalam penjara-penjara mereka. Ada diantara Para Tawanan itu masih tetap dizhalimi didalam Penjara-penjara mereka. Ya, kezhaliman mereka tak akan berhenti sampai Jihad ditegakkan diatas mereka.

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ

Artinya : "Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya." ( Qs.  Al Hajj : 40 )

Ya melalui perantara tangan-tangan Para Ikhwan yang senantiasa menegakkan Jihad, mereka tidak akan semena-mena dalam melakukan kerusakan. Sungguh pasar-pasar jihad telah dibuka, dimana sebagian orang telah berjualan, dan sebagian orang telah laku berjualan, dan sebagian orang telah merugi, dan sebagian orang masih menunggu barang dagangannya. Dan tidaklah orang yang bahagia itu melainkan ketika pasar telah dibuka, dan dia berjualan diawal, dan mendapatkan rizki pun lebih cepat, sehingga diawal juga ia meninggalkan pasar. Begitulah hakikat peperangan Salib hari ini, perang dimana yang telah berkorbar sampai suatu saat apinya akan membakar Pasukan Salib di Dabiq, BI'IDZNILLAH...!!

Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis berkata sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Dujanah al-Khurosaniy : ''Sesungguhnya kehidupan kita adalah sebuah kisah, dan kita para ksatrianya. Kita tulis bab-babnya dengan amal perbuatan kita. Maka berusahalah untuk menjadikan kisah-kisah kalian tercatat dalam kisah perjalanan orang-orang sholeh. Dan berusahalah untuk menjadikan akhir kehidupan kalian syahid di jalan Allah. Demi Allah, tidaklah pantas bagi para ksatria kecuali mati terbunuh. Dan tidak ada yang menghapuskan dosa-dosa kita sebagaimana halnya kesyahidan di jalan Allah.''

Kemuliaan itu bagi yang memulai (merintis dan menginspirasi) suatu amal dan perbuatan, meski pengikut/generasi setelahnya lebih baik dan lebih profesional dalam beramal.

اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya : "Beramallah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." ( Qs. at-Taubah : 105 )

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Bumi Allah, 2 Muharam 1439 H
Al Faqir illallah Utsman Abdurrahman