Selasa, 16 Januari 2018

Apa Kabar Ruhiyamu?

Terkadang kita lebih butuh kepada sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan ruhiyah, padahal kebutuhan ruhiyah dalam diri kita sangatlah penting. Karena jika kebutuhan ruhiyah tidak terpenuhi ibadahpun akan malas, akhirnya banyak kebaikan yang akan kita tinggalkan.

Sebuah contoh dalam kehidupan sehari-hari yang banyak kita temui di sekeliling kita, bahwa ; seseorang lebih bersemangat mencari informasi padahal informasi yang dicarinya tersebut tak ada hubungannya dengan nutrisi ruhiyahnya. Coba kita bayangkan, jika dalam sehari kita dapat sepuluh informasi, berapa banyak dalam seminggu yang akan kita dapatkan? dan dari informasi tersebut dapatkah kita ambil manfaatnya untuk kesuburan hati kita? Jika tidak maka yang akan kita dapatkan hanyalah sebuah kelalaian.

Bagaimana jika informasi yang tidak ada kaitannya dengan ruhiyah tersebut, kita ganti dengan menghafalkan satu Ayat al Qur'an, hadits atau perkataan sahabat dan ulama misalnya ; dalam sehari satu saja,dan tentunya disertai penjelasannya. Maka dalam seminggu kita akan menguasai tujuh ayat atau hadits berserta kandungannya. Dan jika kita bisa istiqomah dalam setahun berapa ayat atau hadits yang sudah kita hafal? dan tentunya kita telah mengumpulkan juga beberapa bab ilmu dari ayat dan hadits yang telah kita hafal tersebut selama satu tahun.

Jadi teringat sebuah pesan Syaikhuna Abu Sulaiman Aman Abdurrahman -fakkallahu ashrah- dalam sebuah risalah singkat yang beliau tulis : "Ingat, jangan sampai kesibukan dengan hp dan internet itu melupakan anda dari membaca Al Qur'an dan mempelajari ilmu. Di saat belajar ilmu dien, bila engkau menghapalnya maka engkau adalah thalibul ilmi, tapi bila tidak menghapalnya maka engkau itu hanya sebagai mustami' (pendengar).

Oleh sebab itu, marilah mulai saat ini kita perhatikan kebutuhan ruhiyah kita. Jangan sampai kesibukan kita dengan handphone yang slalu mencari informasi yang tidak ada manfaatnya kecuali kelalaian kita lupa membaca al Qur'an, serta lupa mengahafal ilmu. Akhirnya kita tidak mendapatkan pahala Thalabul Ilmi. Dan akhirnya kebutuhan ruhiyah kita pun tak terpenuhi. Ingatlah, bahwa iman itu naik turun, bertambah dengan ketaatan turun dengan kemaksiatan. Dan bukankah menghafal Qur'an atau Hadits suatu ketaatan kepada Allah ketimbang mencari informasi?

Allah Ta’ala berfirman :

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Artinya : "Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." [ Qs. Ar-Arrum : 7 ]

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Bandung, 16 Januari 2018
al faqir ilaaLLah Sigit Indrajid

Minggu, 14 Januari 2018

Memenuhi (Mencukupi) Kebutuhan Keluarga Para Mujahid

Ayyuhal Ikhwah, polemik di tubuh Umat Islam hari ini sangat banyak dan ini merupakan tugas kita bersama, dari mulai pelecehan kepada Islam, sampai di gusurnya Mahad-mahad yang mengajarkan aqidah yang benar oleh Rezim Penguasa Durjana, dan tak lupa banyak diantara Para Pejuang yang jujur serta Para Da'i yang lantang menyuarakan kebenaran tak luput dari incara Para Autad durjana sehingga penjara-penjara setan berjenis manusia di penuhi oleh Hamba-hamba Allah yang jujur dalam amal dan perkataannya.

Mereka rela meninggalkan Anak dan Istrinya hanya demi mengaharapkan keridhaan Allah agar Allahlah satu-satunya dzat yang diibadahi, dan tak ada hukum yang berhak mengatur selain hukum-Nya. Akan tetapi diantara Hamba-hamba Allah itu ada yang membutuhkan uluran baik tangan-tangan kita, karena diantara mereka memiliki Anak dan Istri yang butuh kebutuhan sehari-hari maka sudah sepantasnya kita yang memiliki kelapangan rizki untuk selalu ingat kepada keluarga pejuang syari’at. Karena diantara pahala yang diraih oleh orang-orang yang mencukupi kebutuhan keluarga yang berjihad sama halnya dengan jihad itu sendiri.

Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

“Barangsiapa MENYIAPKAN keberangkatan seorang tentara Islam dalam jihad di jalan Allah, BERARTI IA IKUT BERJIHAD. Dan barangsiapa MENJAMIN kebutuhan keluarga yang ditinggalkannya dengan baik, BERARTI IA IKUT BERJIHAD.” [ HR. Muslim no. 1895 ]

Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan, beliau berkata : "Maksudnya, ia akan mendapat pahala dengan sebab jihadnya orang tadi, dan pahala ini akan didapatkan pada setiap jihad, baik sedikit maupun banyak. Pahala tersebut juga diberikan bagi setiap orang yang menjamin kebutuhan keluarga seorang Mujahid dengan baik; seperti menafkahi mereka atau membantu urusan mereka. Dan besar kecilnya pahala tersebut tergantung dari sedikit atau banyaknya bantuan. Di dalam hadits ini terkandung anjuran untuk membalas kebaikan orang yang berjasa bagi Islam dan kaum Muslimin, atau (membalas kebaikan) orang yang mengemban suatu tugas penting demi mereka.” [ Syarah Shahih Muslim (XIII/40) ]

Dan juga Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata : “Sabda Nabi “BERARTI IA IKUT BERPERANG”, menurut Ibnu Hibban maknanya bahwa ORANG ITU mendapat pahala yang sama, meskipun tidak terjun langsung ke medan jihad.  Kemudian ia (Ibnu Hibban) meriwayatkan hadits ini, dari Busr bin Sa’id, dengan lafazh : “Ditetapkan baginya pahala seperti pahala Mujahid itu tadi, tanpa mengurangi pahala Mujahid itu sedikit pun.” [ Shahih. HR. Ibnu Hibban (no. 4614 – At-Ta’liiqaatul Hisaan) ]

Dari kedua hadits ini mengandung dua faedah yang dapat kita ambil pelajarannya yang sangat besar :

- Pertama :  Janji yang disebutkan (dalam hadits ini) merupakan imbalan atas PERSIAPAN TERBAIK yang diberikannya, dan inilah yang dimaksud dengan sabda beliau shallallahu‘alaihi wa sallam “HINGGA IA BISA MENUTUP SELURUH KEBUTUHANNYA”.

- Kedua : Bahwa pahala mereka berdua sama besarnya hingga usai peperangan tersebut.” [ Lihat Fathhul Baari (VI/50, cet. Darul Fikr ]

Karena itu, bagi siapa saja yang belum mampu untuk berjihad mengangkat senjatanya, hendaklah ia mencukupi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan karena jihad. Karena siapa saja yang mereka mengetahui ada keluarga mujahid terlantar maka ia akan terkena bencana sebelum ia meninggal sebagaimana yang telah datang dari sunnah, bahwa Nabi shallallahu‘alaihi wassallam bersabda :

“Barangsiapa yang tidak berperang, atau tidak mempersiapkan (perbekalan) perang, atau (tidak) mengurusi dengan baik  keluarga yang ditinggal perang (amaliyat, irhab, ightiyalat dll.). Niscaya Allah akan timpakan bencana atau musibah, …sebelum datang hari kiamat.” [ HR. Abu Dawud, dalam Bab. Jihad 2/318 ]

Ya bencana sebelum hari kiamat, sebagaimana Imam Mujahid Ibnu Nuhas menjelaskan yang di maksud dengan “biqoriatin” disini adalah “Ad-dahiyatus-Syadiidah” maknanya bencana atau malapetaka yang dahsyat, atau musibah, atau menjadikan Allah layak menghukum mereka.” Lihat di Masyariul Asywaq, Imam Mujahid Ibnu Nuhas Ad-Dimasqi Ad-Dimyathy, 1/43. Darun Nafais, Al-Urdun.

Wallahu alam bish-shawwab showab, bisa jadi musibah ini adalah cerai-berainya mujahidin karena ‘terbalut’ ketakutan terhadap ancaman musuh (baca den 88 dan kaki tangannya), hubbuddunya atau gandrung kepada kemewahan, takut hijrah dan berperang/berjihad, takut menyuarakan jihad, takut berinfaq fi sabilillah, perselisihan antar ikhwan yang tidak berujung pangkal, semakin jauhnya ikatan persaudaraan sesama mujahid, tidak open (peduli), hilangnya tsiqoh mutabadilllah sesama mujahid, hasad sesama mujahid, saling menjatuhkan, dan berbagai musibah lain, lantaran mereka tidak benar-benar berjihad (dengan meninggalkan kesempatan amaliyat), tidak mempersiapkan bekal untuk perang dan tidak mau mengurusi keluarga mujahid.

Untuk itu, jangan sampai kita sebagai orang yang tertinggal tidak turut berjihad lalu kita menelantarkan keluarga mujahid, kita bisa makan enak, tidur dengan nyenyak diatas kasur yang empuk, smartphone yang canggih yang slalu kita isi pulsa jika telah habis, gaji berjuta-juta. Akan tetapi kita bakhil dari mengeluarkan infaq fie sabillah meskipun hanya lima puluh ribu perbulan.

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Bandung, 14 Januari 2018
Al Faqir ilaaLLah Sigit Indrajid

Kamis, 04 Januari 2018

Persatuan Diatas Sunnah ( Aqidah Yang Benar )

Dalam sebuah ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَٰئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina” [ Qs. Al-Mujadalah : 20 ]

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Artinya : …"Dan Allah jadikan kehinaan dan kekalahan bagi orang yang menyelisihi perintahku" [ Hadits Hasan Riwayat Ahmad ]

Penjelasan hadits tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah : “Bid’ah itu mengakibatkan perpecahan, sebagaimana sunnah mengakibatkan persatuan, sebagaimana dalam istilah disebutkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah (pengikut sunnah dan jama’ah), demikian pula dalam istilah dikatakan : ‘Ahlul Bid’ah wal Firaq (pelaku perbuatan bid’ah dan berpecah belah)”

Para ahli ilmu bersepakat bahwa faktor dominan dari sebuah kekalahan adalah pertikaian, dan pertikaian yang paling dahsyat adalah pertikaian dalam agama.

Dan manakala pertikaian dalam agama itu berawal dari ketidaktaatan kepada Allah dan RasulNya, maka Allah sebutkan dengan beriringan dalam satu ayat.

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

Artinya : "Dan ta’atlah kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu” [ Qs. Al-Anfal : 46 ]

Dan manakala komitmen terhadap As-Sunnah adalah perahu keselamatan di tengah samudera perpecahan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk berpegang teguh pada sunnah dikala terjadinya perselisihan, beliau bersabda.

Artinya : "Barangsiapa di antara kalian yang hidup sesudahku nanti, ia akan melihat perpecahan yang banyak maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham, dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru” [ Hadits Shahih Riwayat Tirimidzi, Ibnu Majah, dan selainnya ]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ

Artinya : "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka" [ Qs. Ali-Imran : 105 ]

Oleh karenanya, hari ini kenapa kita selalu dihinakan oleh Kaum Terlaknat?! Dikarenakan jauhnya kita dari sunnah, dan selalu melanggar perintah Nabi shallallahu‘alaihi wassallam. Ingatlah bukan Allah yang menghinakan kita, akan tetapi kita yang telah menghinakan diri karena ketidak ta'atan kita kepada Allah.

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Bandung, 4 Januari 2018
Al Faqir ilaaLLah Sigit Indrajid

Rabu, 03 Januari 2018

DI BALIK SLOGAN #PRIDE LGBT

Apakah pengidap LGBT akan selalu mendapatkan pasangan...?? Dalam artian, apakah setiap mereka akan mendapatkan pasangan tidur sesama LGBT...?? Jika mau jujur, tentu sulit bagi mereka mewujudkan hal tersebut, mengingat LGBT adalah penyimpangan dari yang normal, menjadikan ruang gerak mereka terasa sempit. Maka tidak heran jika kasus pembunuhan atau kekerasan karena motif api cemburu sesama LGBT amatlah tinggi.

Sekali lagi karena mereka sebenarnya "minim" dan "langka", menjadikan persaingan berburu cinta sesama LGBT pun semakin sengit dan kerap kali berujung petaka.

Kata "minim" dan "langka" saya beri tanda petik karena realitanya sekarang agak bergeser. Mereka mulai unjuk gigi bahwa mereka tidak lagi sedikit. Berbagai opini mereka gencarkan, logo-logo besar pun mereka libatkan dalam kampanye pro-LGBT, dari brand internasional kedai kopi sampai klub raksasa sepakbola bisa ikut kampanye untuk mereka. Untuk menunjukkan bahwa mereka adalah komunitas yang banyak...?? Tidak...!! Itu bukan target utama mereka.

Secara statistik kaum LGBT tetaplah sedikit jika dibanding mereka yang normal (heteroseksual). Kampanye dan jor-joran media yang mereka galang hanyalah siasat untuk memperluas ruang gerak mereka. Ya, itu semua adalah iklan untuk justru memperbanyak jumlah mereka. Kampanye yang ingin menyuarakan bahwa mereka bukan hanya komunitas yang wajar, tapi juga keren, tampil beda, unik dan atraktif dengan warna-warni mereka yang pelangi. Itu semua adalah propaganda agar tunas-tunas baru LGBT bisa bermunculan. Agar mereka tidak sedikit lagi. Agar pilihan untuk disodomi dan dianali tidak lagi minim.

Dahulu, ada ungkapan yang berbunyi; "wanita pezina tahu bahwa profesi mereka rendah lagi hina. Untuk itu, mereka berangan-angan kiranya semua wanita di dunia menjadi pezina seperti mereka, agar mereka tak lagi merasa sendiri dan hina"

Tampaknya ungkapan yang sama, berlaku juga untuk mereka kaum LGBT. Hashtag #pride (bangga menjadi LGBT) adalah pesan viral untuk mewujudkan ungkapan tersebut.

Maka pertanyaan besarnya adalah; "sanggupkah kita melihat anak-anak kita menjadi tunas-tunas baru LGBT korban kampanye global mereka...??"

Dipublikasikan Oleh Channel :
© Mutiara_Nasehat

WANITA MENIKAH TANPA SEIZIN WALINYA

Pertanyaan : Apakah boleh seorang gadis menikah tanpa izin walinya?

Jawaban : Tidak boleh seorang gadis menikah tanpa wali atau izin bapaknya sebab ia adalah walinya yang merupakan orang yang paling tahu tentang kemaslahatan anaknya. 

Tetapi sebaliknya wali tidak boleh menghalangi anaknya untuk menikah dengan laki-laki yang sebanding juga shalih.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِينَهُ فَزَوِّجُوهُ ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ

“Jika datang kepadamu seseorang baik agama dan amanahnya yang (meminang anakmu), maka kawinkanlah, jika tidak engkau (nikahkan) pasti akan terjadi fitnah dan bencana besar di muka bumi”

Tidak etis apabila seorang gadis bersikeras mau menikah dengan laki-laki yang tidak disukai ayahnya sebab bisa jadi apa yang dilakukan bapaknya lebih baik, sementara ia tidak tahu karena kurang berpengalaman.
Allah Azza wa Jalla berfirman.

وَعَ سَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ

“Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu” [Al-Baqarah/2 : 216]

Dan si gadis itu harus berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar diberi jodoh orang yang shalih.

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Selasa, 02 Januari 2018

DUA JANJI ALLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG BERINFAQ.

Allah ta'ala berfirman :

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya : “Setan menjanjikan (menakut-nahkuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui” [ Qs. Al-Baqarah/2: 268 ]

Berkata Ibnu Abbas Radhiyallahu‘anhuma dalam Tafsir Ath-Thabari no. atsar 6168, 5/571 ketika menafsirkan ayat tersebut :

Dua hal dari Allah.
Dua hal dari Setan.

‘Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan’.

Setan itu berkata, ‘Jangan kamu infakkan hartamu, peganglah untukmu sendiri karena kamu membutuhkannya’.

“Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)”.

Adapun dua hal dari Allah adalah :

Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya : yakni atas maksiat yang kamu kerjakan.

Dan Karunia : Berupa Rizki.

Begitu pula Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam At-Tafsirul Qayyim, hal.168 menafsirkan ayat yang mulia ini dengan perkataannya :

Demikianlah, peringatan setan bahwa orang yang menginfakkan hartanya, bisa mengalami kefakiran bukanlah suatu bentuk kasih sayang setan kepadanya, juga bukan suatu bentuk nasihat baik untuknya.

Adapun Allah, maka ia menjanjikan kepada hambaNya ampunan dosa-dosa daripadaNya, serta karunia berupa penggantian yang lebih banyak daripada yang ia infakkan, dan Dia meipatgandakannya baik di dunia saja atau di dunia dan di akhirat.

Berinfaq lah, karena dengan infaq kita mendapatkan 2 kemuliaan.

Diampuni Dosa-dosa kita, dan Karunia dengan bentuk rizki yang lebih baik.

Wallahu a'lam bish-shawwab

Bandung, 17 Mei 2017
al faqir ilaaLLah Sigit Indrajid

Cobaan dan Ujian Yang Pernah Dialami Oleh Syaikh Mujahid Abu Muhammad Al Adnani

Jalan dakwah tauhid dan jihad sarat dengan cobaan dan ujian. Orang yang menapaki jalan ini tidak akan luput dari siksaan dan pemenjaraan! Pemenang di jalan ini hanyalah orang yang konsisten dan sabar.

Sebagaimana disebutkan, “Orang yang tidak menjalani permulaan yang membara, maka dia takkan merasakan manisnya akhir yang berkilauan.”

Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Hafizhahullahu merupakan salah seorang putra yang lahir dari kerasnya gemblengan jalan tersebut.

Mereka adalah orang-orang yang mendapat ujian dan cobaan di jalan Allah. Di antara ujian yang pernah dijalani Syaikh Al-Adnani :

1. Di awal-awal masa dewasa, Al-Adnani muda berulang kali dipanggil aparat keamanan rezim Syiah Nushairiyah Suriah, dan menjalani proses interogasi.

2. Mendekam dalam penjara rezim Nushairiyah sebanyak tiga kali disebabkan aktivitas dakwah dan jihad, salah satunya di kawasan Albukamal ketika untuk pertama kalinya Syaikh Al-Adnani bertolak menuju Irak. Syaikh Al-Adnani mendekam di dalam penjara selama berbulan-bulan, sampai akhirnya dibebaskan, karena tidak mau memberi pengakuan, padahal sudah mendapatkan siksaan.

3. Ditahan di penjara-penjara pasukan Amerika sebanyak dua kali. Di salah satu tahanan mereka, Syaikh Al-Adnani dipenjara selama enam tahun, dan dimasukkan ke dalam tenda bersama orang-orang Az-Zarqawi yang notabene adalah sosok-sosok terkemuka yang mengenal lingkaran pertama dari para mujahid di sekitar Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi.

4. Di segenap tubuhnya terdapat berbagai bekas luka. Dan menderita retak di sejumlah tulang di tubuhnya.

Saya memohon kepada Allah agar senantiasa menjaga Syaikh Al-Adnani dari segenap keburukan dan memberi keberkahan pada umur dan amalnya untuk umat ini.

Demikianlah apa yang dituliskan oleh Syaikh Turki bin'ali -hafizhahullah-

Cirebon, 28 Februari 2016
al faqir ilaaLLah Sigit Indrajid

Ulama Daulah Islamiyyah yang Majhul dalam Perjalanan Jihad?

Sebagian orang menganggap bahwa Para Petinggi Daulah Islmiyyah itu orang yang majhul ( Tak Dikenal ) Padahal jika mereka teliti, dan mau cari tau. Tentu mereka akan mendapatkannya akan tetapi mereka sudah tertutupi rasa dengkinya sehingga melontarkan ucapan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Saya kasih contoh : Orang yang sering mereka Anggap Majhul dalam Pergerakan Jihad Daulah Islamiyyah adalah Syaikh Muhammad Al Adnani yang mana saat ini beliau menjabat sebagai Juru Bicara Daulah Islamiyyah.

Taukah kalian wahai Para Dungu, Beliau - hafidzahullah - sebelum adanya Daulah Islamiyyah telah di kenal oleh Kalangan Jihadis karena trek recod beliau lebih luas di bandingkan kalian Para Komentator Yang Dungu. Diantara Kemulian Yang Allah Berikan kepada Beliau adalah :

1. Instruktur di kamp pelatihan militer Haditha pada masa Jamaah Tauhid wal Jihad.
2. Pemimpin kamp pelatihan militer Haditha dan dilantik oleh Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi.
3. Instruktur di kamp pelatihan militer Al-Jazira.
4. Syar’i (ulama pemegang otoritas) di Sektor Barat, Wilayah Anbar.

Hal diatas sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Turki al-bin'ali dalam sebuah risalahnya Al-Lafzhu As-Sani min Tarjamah Al-‘Adnani.

Berfikirlah Wahai Para Keledai...!!

Dibandingkan Kalian, apa yang telah kau perbuat untuk islam? Dan sejauh mana pergerakan kalian dalam jihad global? Apa kalian hanya bisa komentar tanpa Bukti.

Cirebon, 25 Februari 2016
Al Faqir ilaaLLah Sigit Indrajid

Senin, 01 Januari 2018

RIUH ANSHAR DAULAH ISLAM DI TELEGRAM

Oleh : Abana Ghaida
Seiring dengan melesatnya perkembangan teknologi informasi, maka perubahan mode pencarian informasi, interaksi, dan diskusi pun semakin canggih. Dewasa ini, ada banyak aplikasi yang bisa digunakan sebagai wadah dan sarana berinteraksi sosial, di antaranya adalah aplikasi Telegram. Hanya dengan bermodalkan gadget dan koneksi internet, setiap orang sudah dapat bergabung ke dalam grup-grup dan berbagai channel guna mengakses informasi dan saling berdiskusi dalam ranah-ranah yang menjadi common interest bagi seluruh anggotanya. Pun demikian dengan Anshar Daulah Islam.
Bahkan, ada fenomena menarik di kalangan para munashir (pendukung/pembela) Daulah Islam. Dengan adanya Telegram yang diklaim cukup aman, banyak munashir yang melakukan ‘hijrah maya’, berhijrah dari sejumlah media sosial seperti Twitter dan Facebook, menyeberang ke Telegram, demi kemudahan akses informasi.
Banyak individu munashir berlomba-lomba menghadirkan grup atau channel yang isinya semua tentang Daulah Islam. Seiring dengan meningkatnya fluktuasi ‘popularitas’ Daulah Islam, grup-grup Anshar Daulah Islam pun tumbuh subur bak cendawan di musim hujan.
Setiap grup berusaha menyajikan informasi-informasi seputar Daulah Islam. Mulai dari info tentang operasi militer yang dilakoni junud (tentara) Khilafah, kabar tentang futuhat (penaklukan) suatu wilayah, tahkim syariat Islam, kemajuan-kemajuan yang diperoleh tiap departemen (diwan) di Daulah Islam, dan lain sebagainya.
Saking banyaknya grup anshar Daulah Islam, jika seorang pendukung berpartisipasi di lebih dari satu grup, maka dipastikan gadget-nya takkan berhenti berdering menyuarakan setiap notifikasi yang masuk. Jika seseorang bergabung ke dalam sejumlah grup, tak jarang juga dia akan mendapatkan berita-berita, informasi, data, dan rilisan video yang sama di setiap grupnya.
Riuh Anshar Daulah Islam di Telegram sungguh bergemuruh. Kita merasakan semangat hebat dari setiap grup dalam memberikan advokasi dan menyuguhkan informasi terkait Daulah Islam. Gelora luar biasa yang patut diapresiasi.
Bergabung ke dalam grup-grup Telegram memang seru dan membunuh jemu. Selain mengetahui info dan rilisan terbaru, kita juga dapat berinteraksi dengan sesama member penghuni grup; mengobrol ngalor-ngidul, berdiskusi, sharing informasi, dan bergurau sekalipun. Melalui Telegram, mengetahui dan mengakses berbagai informasi dan rilisan sungguh sangat mudah. Kita hanya tinggal menunggu setiap notifikasi yang masuk ke gadget. Tak perlu susah-susah mengakses dan melakukan scrolling seperti di Facebook ataupun Twitter.
Namun, ada satu persoalan yang harus dihindari, jangan sampai kita merasa sudah mendapatkan informasi dan kabar mengenai Daulah Islam secara komprehensif, lalu merasa nyaman ‘disuapi’ info-info Daulah Islam di Telegram, hingga kemudian terlena dan mengabaikan kewajiban hijrah dan jihad. Na’udzubillah min dzalika.
Wahai ikhwah, jangan kita terperdaya dan melupakan hijrah, serta jihad yang saat ini merupakan fardhu ‘ain sejak tanah Andalusia direbut orang-orang kafir. Berhati-hatilah, jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang ada dalam firman Allah di ayat ke-46 di surat At-Taubah. Allah berfirman, “Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.”
Terlebih lagi jika kita hanya merasa puas dengan cukup membaca kabar, analisa, serta menonton dan menyimak risan-rilisan Daulah Islam. Kita jangan hanya puas dan mencukupkan diri dengan klaim “munashir” (pendukung/pembela) di Telegram. Jangan jadikan Telegram sebagai ‘rumah’ dan zona nyaman.
Dalam risalahnya berjudul Khudh Al-Ghimar Wa La Tansahib, Abul Fida Al-Mayadini melontarkan pernyataan menarik. Dia menulis, “Saudara muslimku, ketahuilah semoga Allah memberkahimu bahwa al-munasharah (dukungan/pembelaan) tidak berlaku bagi orang yang memiliki kemampuan untuk berhijrah. Seungguhnya dukung-mendukung hanyalah bagi orang yang tidak mampu berhijrah dan berjihad.”
Maknanya, dukung-mendukung hanyalah diperuntukkan bagi orang yang tidak mau mengupayakan diri berhijrah dan berjihad. Berhijrah ke Darul Islam dan berjihad fisabilillah haruslah menjadi prioritas utama setiap muwahhid lagi jihadis. Terlebih lagi bagi mereka yang sudah berada di bumi Khilafah, dukung-mendukung Daulah Islam di media sosial adalah hal yang absurd. Abul Fida menerangkan, “Ketahuilah, tidak ada dukungan via jejaring sosial bagi orang yang sudah ada di negeri Khilafah. Bagaimana bisa Anda menjadi seorang “pendukung”, sementara Anda memiliki jalan menuju medan jihad?! Setiap wilayah mempunyai kerja masing-masing.”
Abul Fida juga bahkan sampai mempertanyakan titel “munashir” (pembela) yang diklaim sejumlah pendukung Daulah Islam sebagai label yang sama dengan “mujahid media”. Menurutnya, antara label “munashir”, dengan mujahid media bak panggang jauh dari api.
“Saudara-saudara kalian di jabhat (front) berada dalam kondisi-kondisi antara kesyahidan, mushab (cedera), ribath (berjaga-jaga di garis perbatasan), inghimasi (berjibaku dengan musuh), dan lain sebagainya. Jika musim dingin tiba, mereka menggigil kedinginan. Apabila datang musim panas, mereka terbakar kepanasan. Sedangkan kalian berada dalam kondisi serba nyaman, duduk manis di ruangan berpendingin udara. Kalian makan dan minum dengan enaknya. Kalian tidak merasa kelelahan selain rasa pegal di jari jempol akibat terlalu lama menari-nari di atas keypad gadget. Apakah hanya dengan masuk ke Telegram, lalu Anda dengan gampangnya menahbiskan diri sebagai seorang “munashir”?! Tidak, demi Allah, seperti ini bukanlah bagian dari pembelaan,” tegasnya.
Ada perbedaan signifikan antara orang yang disebut sebagai “mujahid media” dengan orang yang disebut sebagai pendukung. Mujahid media bukanlah orang yang sekadar membela Daulah Islam hanya dengan beberapa cuitan di Twitter atau beberapa postingan status di Facebook. Mujahid media adalah orang yang benar-benar murni pekerjaannya full time (purna waktu) membela Khilafah melalui tulisan, rilisan audio dan video. Bukan melakukan pembelaan via media secara part time (paruh waktu), mengisi waktu luang di sela-sela pekerjaan utamanya. Bagi seorang mujahid media, tidak ada satu pun berita, kecuali dia pasti akan melansirny. Semua hashtag (tagar) yang ada kaitannya dengan Daulah Islam, pasti akan dia ikuti. Tidak ada satu kedustaan, melainkan dia niscaya akan meresponsnya.
Menyoal fenomena grup-grup anshar Daulah Islam di Telegram.
Kadang, ada segelintir pertanyaan usil yang acapkali menggelitik di benak penulis; apa gunanya grup anshar Khilafah jika para membernya tiada lain adalah para pendukung Khilafah Islamiyah?! Apa urgensinya melansir berita dan advokasi tentang Daulah Islam kepada orang-orang yang memang sudah cinta Daulah Islam?
Sejatinya juga, sampaikan edukasi, advokasi, dan informasi tentang Daulah Islam di tempat-tempat dan grup-grup yang dipenuhi masyarakat awam. Sampaikan info dan advokasi kepada orang-orang yang belum memahami hakikat dan manhaj Daulah islam, bahkan kepada para pendengki.
Manfaatkan seluruh media yang ada, guna menghadirkan rasa takut (ar-ru’b) di hati orang-orang kafir. Ini mengingat, selain pembunuhan dan penyembelihan, “menimpakan rasa ketakutan” di hati kuffar merupakan salah satu senjata efektif yang tersedia.
Allah berfirman, “Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri.” (Al-Hasyr: 2).
Perhatikanlah ayat tadi, Allah menolong orang-orang beriman melalui senjata ‘rasa takut’. Sehingga kekalahan mereka terjadi akibat dari senjata tersebut.
Dan terpenting lagi, semestinya dukungan dan pembelaan terhadap manhaj Daulah Islam tidak sekadar riuh dan gelora di Telegram-an sich, tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa realitas. Setiap amalan yang diserukan Khalifah Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi dan Juru Bicara Resmi Khilafah Islam Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani selayaknya juga diejawantahkan dalam ranah praksis, di Indonesia khususnya. Semoga (!)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber : KDI Media