Senin, 05 Februari 2018

Muqadimah Penjelasan Qawa'idul Arba

Dalam tulisan kali ini kami menghadirkan sebuah tema yang kami ambil dari sebuah Matan Kitab القواعد الأربع ( Empat Kaidah dalam memahami Tauhid ) yang mana kitab ini di tulis oleh Al Imam Syaikhul Islam Muhammad Ibnu Abdul Wahb rahimahullah, seorang mujtahid, dimana pada zaman beliau banyak kesyirikan dan bid'ah sehingga beliau di gelari seorang Ulama Mujtahid di Karenakan banyaknya membongkar syubhat yang di lontarkan musuh-musuh Dakwah Para Nabi dan Rasul ( Tauhid ).

Sehingga Beliau rahimahullah dituduh sebagai orang yang memecah bela, padahal Dakwah yang beliau sampaikan adalah dakwah yang sesuai dengan Ajaran Nabi dan Rasul, maka tidak heran jika hari ini ketika kita mengikuti pemahaman Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahb rahimahullah akan disematkan gelar Wahabi, padahal Wahabi yang di maksud para ulama sesat bukanlah Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahb rahimahullah, akan tetapi Abdul Wahab bin Rustum. Yang mana firqoh ini dinamakan wahabi, dan ia merupakan adalah sempalan dari firqoh Khawarij, yg muncul pada abad kedua Hijriyyah jauh sebelum masa Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahb rahimahullah.

Untuk itu jika kita tidak mengenal Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahb rahimahullah akan mudah terkecoh dr lontaran musuh-musuh Dakwah yang tidak menyukai apa yang didakwahkan oleh Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahb rahimahullah.

Itu sedikit sebagai kata pengantar tentang Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahb rahimahullah, in syaa Allah biografi beliau bisa di baca melalui pdf karena penulis melihat banyak di channel-channel munashir yg menyebarkan biografi Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahb rahimahullah.

Matan Qawaidul Arba adalah sebuah risalah dari skian risalah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahb rahimahullah.

Al-Qawa’id adalah bentuk jamak dari qa’idah. Yaitu pondasi yang bercabang darinya banyak permasalahan atau cabang-cabang. Ketika telah kita memahami empat Kaidah Pondasi Tauhid ini kita akan menemukan permasalahan dalam hal tauhid. Dan in syaa Allah ketika kita mempelajari empat kaidah ini, kita akan mengenal tauhid dan syirik. Apa kaidah dalam masalah tauhid? Apa kaidah dalam perkara syirik?

Karena banyak orang yang serampangan dalam dua perkara ini. Mereka seenaknya sendiri dalam memaknai apa tauhid dan syirik tersebut. Setiap orang menafsirkannya sesuai dengan hawa nafsunya. Bahkan yang wajib bagi kita dalam meletakkan kaidah adalah dengan mengembalikan kepada kitab dan sunnah agar peletakan kaidah ini benar dan selamat diambil dari kitab Allah dan sunnah RasulNya shallallahu‘alaihi wa sallam. Terlebih lagi dalam dua perkara yang besar ini, yaitu tauhid dan syirik.

Syaikh rahimahullah tidak menyebutkan kaidah ini dari pendapat atau pemikiran beliau sendiri sebagaimana yang dilakukan oleh banyak orang yang serampangan itu. Beliau mengambil kaidah-kaidah ini hanya dari kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam serta perjalanan hidup beliau.

Maka, jika kita telah mengetahui kaidah-kaidah ini dan memahaminya, akan mudah bagi kita setelah itu untuk mengenali tauhid yang dengannya lah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab kitabNya ; dan untuk mengenali syirik yang Allah telah peringatkan darinya dan Allah telah jelaskan bahayanya di dunia dan akhirat.

Ini adalah perkara yang sangat penting. Bahkan lebih penting bagi kita daripada mengetahui hukum-hukum shalat, zakat, ibadah, dan seluruh perkara agama. Karena ini adalah perkara yang paling pertama dan mendasar. Karena shalat, zakat, haji, dan ibadah lainnya tidak sah apabila tidak dibangun di atas pondasi akidah yang benar, yaitu tauhid yang murni untuk Allah ‘azza wa jalla.

Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahb rahimahullah telah memulai empat kaidah ini dengan pendahuluan yang agung. Di dalamnya ada doa untuk para penuntut ilmu dan peringatan terhadap apa yang hendak beliau sampaikan.

Yaitu, ketika Beliau rahimahullah menyebutkan :

أَسْأَلُ اللهَ الْكَرِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَوَلَّاكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مِمَّنْ إِذَا أُعْطِيَ شَكَرَ، وَإِذَا ابْتُلِيَ صَبَرَ، وَإِذَا أذَنبَ اسْتَغْفَرَ. فَإِنَّ هَؤُلاءِ الثَّلاثَ عُنْوَانُ السَّعَادَةِ

Artinya : Saya memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah,Tuhan ‘Arsy yang agung agar memeliharamu di dunia dan akhirat, menjadikanmu diberkahi di manapun berada, menjadikanmu bersyukur saat diberi nikmat, bersabar ketika ditimpa musibah, dan meminta ampun jika berbuat dosa. Tiga hal terakhir yang telah disebutkan di atas adalah kunci kebahagiaan.

Ini adalah pendahuluan yang sangat agung. Di dalamnya ada doa dari Syaikh rahimahullah untuk setiap penuntut ilmu yang sedang mempelajari akidahnya dalam rangka menginginkan kebenaran dan hendak untuk menjauh dari kesesatan dan kesyirikan. Karenanya, ia pantas untuk mendapat perlindungan Allah di dunia dan akhirat.

Jika Allah telah melindunginya di dunia dan akhirat, maka tidak ada jalan bagi hal-hal yang tidak disukai untuk sampai kepadanya. Tidak pada agamanya, tidak pula pada dunianya.

Allah ta’ala berfirman yang artinya :

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya pelindungnya ialah syaitan…” ( QS. Al Baqarah : 257 ).

Dan jika Allah telah melindungimu, maka dia akan mengeluarkan engkau dari segala kegelapan. Dari kegelapan syirik, kekufuran, keragu-raguan, dan penentangan menuju cahaya iman, ilmu yang bermanfaat, dan amal shalih.

Allah berfirman : “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung.” ( QS. Muhammad : 11).

Dan jika Allah telah melindungimu dengan pemeliharaanNya, taufiqNya, dan hidayahNya di dunia dan akhirat, maka sungguh engkau akan berbahagia dengan kebahagiaan yang tidak ada kepedihan setelahnya selama-lamanya. Di dunia, Allah akan melindungimu dengan hidayah, taufik, dan perjalanan di atas metode yang selamat. Dan di akhirat, Allah akan melindungimu dengan memasukkan engkau ke dalam surgaNya, kekal dan dikekalkan.

Di dalamnya tidak ada sedikitpun ketakutan, sakit, kepedihan, ketuaan, dan tidak ada pula perkara yang tidak disukai. Inilah perlindungan Allah bagi hambaNya yang beriman di dunia dan akhirat.

Demikianlah sedikit muqadimah dari kami sebagai penjelasan dari matan Qawa'idul Arba' semoga dengan yang sedikit ini bisa bermanfaat untuk para pembaca, serta mendapatkan taufiq dan tuntunan ilahi agar senantiasa tetap istiqamah dalam agam dan keta'ata kepada Allah jalla wa a'laa. Wallahu a'lam bish-shawwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar